BLOG 1 | By Glory Pandara
![](https://static.wixstatic.com/media/d605a4_b0614413d14a4253b3211efe8b390287~mv2.jpeg/v1/fill/w_980,h_490,al_c,q_85,usm_0.66_1.00_0.01,enc_avif,quality_auto/d605a4_b0614413d14a4253b3211efe8b390287~mv2.jpeg)
Bangunan merupakan salah satu sumber penghasil gas emisi rumah kaca dan konsumsi energi terbesar di dunia sekitar 40%. Hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan iklim (climate change) dan pemanasan global (global warming) yang membuat bumi semakin hari semakin rusak. Bumi yang kita tinggali sekarang hanya ada satu sehingga diperlukan suatu usaha yang dapat melestarikan dan merawat bumi ini. Dengan demikian arsitektur berkelanjutan (sustainable architecture) menjadi salah satu solusi dalam upaya pelestarian ini. Arsitektur merupakan bidang yang paling dekat dengan manusia. Bangunan menjadi salah satu kebutuhan yang diperlukan manusia dan hampir 90% kegiatan manusia ada di dalam ruangan. Melalui bangunan manusia dapat merasakan pengalaman yang memberikan kesempatan bagi manusia untuk dapat belajar dan merangkul sustainability.
![](https://static.wixstatic.com/media/d605a4_32cef0bd06024a289155dd50878bcfa9~mv2.png/v1/fill/w_500,h_530,al_c,q_85,enc_avif,quality_auto/d605a4_32cef0bd06024a289155dd50878bcfa9~mv2.png)
Arsitektur berkelanjutan merupakan suatu usaha untuk memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Arsitektur yang berkelanjutan mengacu pada desain yang dapat meminimalkan dampak negatif ke lingkungan sekitarnya. Arsitektur berkelanjutan juga disebut sebagai arsitektur hijau. Ini bukan berarti bangunan harus berwarna hijau atau fasad bangunan dipenuhi dengan tanaman semata tetapi menyangkut satu siklus dimulai dari tahap perencanaan, pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan, renovasi hingga pembongkaran yang tidak memberikan dampak negatif dan menghasilkan dampak positif bagi iklim dan lingkungan. Sustainable architecture tidak hanya berbicara mengenai bangunan secara fisik saja. Keberlanjutan memilik3 pilar utama yaitu lingkungan, sosial dan ekonomi, yang setiap pilarnya harus memiliki kesinambungan satu dengan yang lain.
Bagaimana kita dapat membedakan bangunan yang berkelanjutan dengan bangunan yang tidak berkelanjutan? Ada 6 kriteria dari arsitektur berkelanjutan yang dapat menjadi penilaian bagi bangunan berkelanjutan. Enam kriteria tersebut antara lain:
1. Tepat Guna Lahan (Appropriate Site Development.)
Tepat guna lahan bertujuan untuk dapat mengintegrasikan setiap karakteristik yang ada di lahan baik dalam skala makro maupun mikro. Memikirkan bagaimana relasi antara lahan dan wilayah regionalnya, hubungannya dengan kawasannya atau lahan tetangga serta bagaimana interaksi antara lahan dengan bangunannya.
2. Efisiensi air (Water Efficiency)
Efisiensi air dapat dilakukan dengan mengontrol air limpasan seperti menggunakan material permeable dan menggunakan sistem bioswales. Selain itu, efisiensi air juga dapat dilakukan dengan pemanfaatan air hujan dan pengelolaan grey water untuk flushing toilet dan menyiram tanaman.
3. Efisiensi Energi (Energy Efficiency)
Efisiensi energi dimaksudkan untuk dapat mengurangi pemborosan energi dengan menggunakan energi sedikit mungkin. Efisiensi energi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan teknik pasif melalui desain dan teknik aktif dengan penggunaan teknologi yang hemat energi.
4. Ruang Dalam Bangunan (Indoor Environmental Quality)
Hampir 90% manusia menghabiskan waktunya di dalam ruangan baik itu bekerja maupun beraktifitas sehari-hari. Maka dari itu kualitas dalam ruangan harus dapat terjaga dengan dengan baik demi meningkatkan produktivitas penggunanya. Indoor environmental quality mencakup air and odour quality, thermal comfort quality, lighting quality dan sound quality
5. Siklus dan Sumber Material (Material Resource And Cycle)
Material berkelanjutan berimplikasi pada bangunan hijau (green building) yang menerapkan prinsip ekologis yang salah satu aspeknya yaitu adanya pemilihan material yang tepat dengan menggunakan green material. Material berkelanjutan meliputi refrigerant bukan perusak ozon , penggunaan material bekas, material ramah lingkungan, kayu berkualitas, material prefab dan material lokal
6. Pengelolaan Bangunan (Building Environment Management)
Pengelolaan bangunan yang baik diperlukan untuk menciptakan operasional gedung yang ramah lingkungan. Pengelolaan bangunan mencakup pengelolaan sumber daya melalui rencana operasional konsep yang berkelanjutan, kejelasan data dan penanganan sejak dini untuk membantu pemecahan masalah, termasuk manajemen sumber daya manusia dalam penerapan konsep bangunan hijau.
Referensi :
Ardiani, Y. Mila. "Sustainable Architecture." In Sustainable Architecture Arsitektur Berkelanjutan, by Y. Mila Ardian. Erlangga, 2015.
Barker. Sustainable Architecture. n.d. https://www.barker-associates.co.uk/service/architecture/what-is-sustainable-architecture/ (accessed April 12, 2022).
Zakariyaaf, & jejak, zakariyaaf. Pemeringkatan Bangunan Hijau Berdasarkan Standar Green Building Council Indonesia Kategori Existing Building. November 1, 2015. https://zakariyaarif.web.ugm.ac.id/2015/11/01/pemeringkatan-bangunan-hijau-berdasarkan-standar-green-building-council-indonesia-kategori-existing-building/ (accessed April 12, 2022).
Comments